Rabu, 09 Januari 2013

djsfcsjvlksjskpokpefdl;bkkkkkkffvbnlklsm.vf.

ggggggggggggggggggggggggggggggggg

Baca selanjutnya »»

Rabu, 26 Desember 2012

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang JUAL-BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

silahkan download disini:

Baca selanjutnya »»

Senin, 20 Februari 2012

Pesona Ekonomi Islam dan Kerapuhan Kapitalisme

Memasuki awal tahun 2012 ekonomi Islam di Indonesia kembali menunjukkan pertumbuhan yang signifikan di tengah terpaan krisis dan perlambatan ekonomi dunia yang terjadi di Amerika dan Eropa, dengan pencapaian yang luar biasa oleh sistem keuangan Islam di Indonesia baik lembaga perbankan syariah maupun industri keuangan Islam lainnya seperti takaful, pasar modal, zakat, wakaf dan institusi keuangan mikro syariah akan memudahkan proses sosialisasi dan kepercayaan masyarakat terhadap ekonomi Islam khususnya perbankan syariah atau Islam.

Pesona Ekonomi Islam
Berdasarkan data perbankan syariah Indonesia pertumbuhan perbankan konvensional jauh ketinggalan oleh bank syariah dimana bank syariah mengalami pertumbuhan sekitar 40 persen per tahun dalam sepuluh tahun terakhir sementara perbankan konvensional hanya 20 persen. Dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia bulan Oktober 2011, total asset perbankan syariah mencapai Rp 125, 5 triliun, mengalami peningkatan sebesar Rp 97, 5 triliun dari tahun 2010 dan mencapai pasar sekitar 4 persen dari total kue industri perbankan nasional. Pertumbuhan perbankan syariah tahun ini adalah yang tertinggi sejak tahun 2005.
Sementara dari segi tingkat pengumpulan dana pihak ketiga dan pembiayaan ke masyarakat masing–masing mencapai Rp 97, 8 triliun dan Rp 92, 8 triliun dengan tingkat financing to deposit rasio (FDR) berada pada kisaran 95, 7 persen dan dari faktor kinerja perbankan syariah pada akhir September 2011, BOPO (Biaya Operasi Pendapatan Operasional), ROA (Return on Asset) dan NPF (Non Performancing Financing) masing–masing berada pada 77.5 persen, 1.8 persen dan 2.0 persen.
Sementara berdasarkan dengan jumlah bank syariah di Indonesia jumlahnya tidak mengalami penambahan yang signifikan dari tahun 2010 ke 2011 dimana jumlahnya 11 Bank Umum Syariah (BUS) dan 23 Unit Usaha Syariah (UUS) namun untuk jumlah Badan Perkrediatan Rakyat Syariah (BPRS) mencapai 153 yang mengalami penambahan 3 BPRS dari tahun 2011, dan dari jangkauan perluasan kantor agak signifikan untuk BUS, UUS, dan BPRS berada pada kisaran masing-masing 1.354, 301 dan 362, dimana secara geografis sebaran jaringan kantor perbankan syariah juga telah menjangkau masyarakat di lebih 89 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Proyeksi dan Harapan
Dengan geliat perkembangan ekonomi syariah yang memukau, berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh peneliti Bank Indonesia oleh Rifki Ismal, Ascarya dan Ali Sakti (2012) memperkirakan secara moderat perbankan syariah nasional akan tumbuh 36 persen pada tahun 2012 namun apabila terjadi gesekan krisis global yang keras terhadap perekonomian Indonesia atas bangkrutnya negara Eropa dan Amerika maka secara pesimis pertumbuhan perbankan nasional diperkirakan 29 persen akan tetapi apabila terjadi kondisi yang lebih optimistik terhadap infrastruktur perbankan syariah seperti bertambahnya bank syariah dan unit usaha syariah dan ekonomi nasional yang meningkat maka diperkirakan oleh hasil proyeksi tahun 2012 perbankan syariah akan tumbuh sebesar 45 persen.
Pengamat ekonomi Islam dan pengurus pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Ali Rama (2012) yang menyelesaikan studinya di Malaysia merekomendasikan kepada para praktisi perbankan syariah agar membuat segmentasi pasar dengan fokus pada branding tertentu dalam menguasai pasar misalnya BSM fokus menggarap pasar konsumer ritel, BRI Syariah fokus pada UMKM, BMI dan BNI Syariah pada pembiayaan korporasi, kondisi ini akan jauh efektif dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi riil dan meningkatkan asset perbankan syariah. Menurut Ali Rama sudah saatnya pelaku perbankan syariah melirik dan bermain dalam mega proyek infrastruktur dengan meningkatkan dan mengembangkan produk dan layanan pada jasa industri misalnya dengan bekerja sama pemerintah lewat proyek Master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang menguasai enam koridor ekonomi nasional.
Perkembangan yang pesat perbankan syariah dengan jumlah asset pertumbuhan yang makin meningkat dan melebihi perkembangan perbankan konvensional dan tidak akan menutup kemungkinan posisi perbankan konvensional akan digeser oleh bank syariah sebagai pemain utama perbankan nasional seperti yang terjadi di Malaysia namun di sisi lain muncul kegelisahan dan harapan agar manfaat ekonomi Islam lebih dirasakan oleh masyarakat kecil seperti pelaku usaha mikro-kecil dan masyarakat miskin karena manfaatnya masih terbatas oleh kalangan tertentu bahkan tidak menutup kemungkinan dirasakan pemilik modal bank syariah yang berada di luar negeri yang menjadi pemilik (pemegang saham), sehingga perlu ada perhatian oleh semua pihak baik pemerintah lewat regulasinya, akademisi dan praktisi untuk duduk bersama memikirkan agar masyarakat yang selama ini belum terjangkau dapat ikut merasakan manfaat perbankan syariah.
Kerapuhan Kapitalisme
Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa mengindikasikan akan kegagalan ekonomi kapitalisme sampai mengakibatkan kampanye anti kapitalisme di Amerika dan Eropa sebagai bentuk rasa kecewa dan frustasi terhadap praktek kapitalisme yang mengakibatkan makin tingginya kesenjangan antara si miskin dan si kaya di Amerika dan Eropa, di Amerika gerakan anti kapitalisme menamakan dirinya dengan gerakan Occupy Wall Street yang menuntut untuk menutup wall street yang menjadi otak atas kekacauan ekonomi global dan keuangan saat ini dan penolakan terhadap kerakusan sistem perbankan konvensional dan perusahaan multinasional yang mengambil keuntungan yang dibantu oleh program liberalisasi atas nama demokrasi di seluruh penjuru dunia.
Fakta dari krisis keuangan Amerika dan Eropa menunjukkan kepada kita bahwa sistem kapitalisme gagal menyelesaikan permasalahan ekonomi dan kesenjangan sosial di negara-negara yang menganutnya, justru kapitalisme adalah aktor dibalik setiap kemiskinan dan sumber utang yang mengakibatkan bangkrutnya negara seperti yang terjadi di Yunani dan menyusul negara Eropa lainnya seperti Portugal, Irlandia, Inggris, dan Spanyol yang rasio utangnya sudah di ambang 100 persen.
Namun, di sisi lain dampak krisis keuangan global terhadap ekonomi dalam negeri tidak terlalu kritis karena perekonomian dalam negeri lebih dikuasai oleh industri riil atau usaha kecil menengah (UKM) yang mengcover ekonomi dalam negeri sampai angka 60 persen, yang menjadi kegelisahan bisa terjadi pada sektor perbankan konvensional masih belum tahan terhadap krisis keuangan karena masih menggunakan sistem bunga dan turunan kapitalisme lewat fiat money (uang kertas) yang mengembangbiakkan uang lewat sistem moneter yang sangat rapuh terhadap krisis dan merugikan ekonomi sektor riil, sementara perbankan syariah sudah menjauhi sistem tersebut sehingga mampu bertahan dari terpaan krisis.
Dari rentetan krisis ekonomi dan kemiskinan yang diakibatkan oleh kapitalisme maka ekonomi Islam sebagai solusi, walaupun dengan segala kelemahannya sebagai sistem ekonomi yang masih baru sehingga di sebagian masyarakat masih belum bisa menerima secara luas ekonomi Islam. Oleh karena itu diperlukan kajian dan penelitian untuk mengembangkan ekonomi Islam melalui perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya agar dapat diterapkan secara menyeluruh oleh masyarakat sebagaimana yang pernah diterapkan pada era pertama kebangkitan ekonomi Islam. Ekonomi Islam tidak sekadar alternatif tetapi perlahan namun pasti menjelma menjadi pilihan utama sistem ekonomi bangsa pada masa mendatang. Kita semakin yakin nilai-nilai syariah pasti memberikan kemaslahatan bagi kehidupan berbangsa kita. Wallahu ‘alam.
Sumber: Dakwatuna.com

Baca selanjutnya »»

Kamis, 09 Februari 2012

Tunggu Apa Lagi.....!! Nikmati Kemudahan Pembiayaan Syariah



Baca selanjutnya »»

Senin, 16 Januari 2012

“Minyong”, sebagai Alternatif Pengolahan Ganyong


Ganyong (Canna edulis Ker.) adalah sejenis tumbuhan penghasil umbi yang kurang populer dibandingkan ubi jalar atau ubi kayu dan kelestariannyapun semakin terancam karena tidak banyak orang yang menanam dan mengonsumsinya. Tetapi sekarang, Ganyong sudah mulai banyak dibudidayakan teratur di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jambi, Lampung, dan Jawa Barat.

Ganyonng banyak dikenal dengan berbagai macam nama daerah. Ada yang menyebut sebagai “buah tasbih”, “ubi pikul”, “ganyal”, “ganyol”, atau pun “sinetra”. Sedangkan nama asingnya quennsland arrowroot. Sementara ini, sekurangnya ada dua provinsi sebagai sentral Ganyong, yakni Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, dan Purworejo), dan Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Lebak, Subang, dan Karawang).

Umbi ganyong mengandung pati, meskipun tidak sebanyak ubi jalar. Tetapi, ganyong cukup berpotensi sebagai sumber hidrat arang. Data Direktorat Gizi Depkes RI menyebutkan bahwa kandungan gizi Ganyong tiap 100 gram secara lengkap terdiri dari kalori 95,00 kal; protein 1,00 g; lemak 0,11 g; karbohidrat 22,60 g; kalsium 21,00 g; fosfor 70,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C 10,00 mg; air 75,00 g.

Manfaat ganyong sangatlah banyak, hampir semua bagian tanamannya bisa di manfaatkan. Umbi yang dewasa dapat dimakan dengan mengolahnya lebih dulu atau untuk diambil patinya. Sisa umbinya yang tertinggal setelah diambil patinya dapat digunakan sebagai kompos. Sementara pucuk dan tangkai daun muda dipakai untuk pakan ternak. Bunga daunnya yang cukup indah dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

Selama ini pemanfaatan umbi ganyong hanya sebatas direbus untuk dibuat camilan. Padahal umbi ganyong memiliki kandungan gizi yang banyak yang diperlukan tubuh, sehingga sangat disayangkan apabila hanya dikonsumsi sebagai camilan yang hanya direbus. Lalu, bagaimana memanfaatkan ganyong untuk camilan selain di rebus?

Pemanfaatan umbi ganyong menjadi produk olahan lain salah satunya adalah menjadi mie ganyong. Dengan menjadi mie, ganyong akan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi di bandingkan ketika ganyong hanya direbus saja. Pembuatan mie ganyong sebenarnya sangatlah mudah, pembuatannya bisa menggunakan alat sederhana yang bisa kita temukan di rumah. Untuk membuat mie ganyong, awalnya harus membuat pati ganyong terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan mengolah pati tersebut menjadi mie atau biasanya disebut Minyong (mie dari ganyong) .

Pembuatan Pati Ganyong

Ganyong yang sudah berumur (cukup tua) dipanen, diambil umbinya. Umbi ganyong dicuci bersih, dikupas kulitnya kemudian diparut. Ganyong parut selanjutnya diperas hingga hanya tersisa ampas / seratnya. Saring air perasan tadi dengan kain penyaring. Diamkan air dalam wadah hingga pati ganyong mengendap. Pisahkan air dengan pati ganyong. Keringkan pati ganyong dengan dijemur sinar matahari atau dioven.

Pembuatan Minyong (Mie Ganyong)

Panaskan 5 s/d 6 liter air hingga hampir mendidih. Masukkan 1 kg pati ganyong ke dalam air panas tersebut sambil terus diaduk supaya jangan menggumpal. Jika terlalu kental, dapat ditambahkan air panas hingga menjadi bubur encer. Tambahkan 75 gram minyak goreng (agar mie ganyong tidak lengket).

Didihkan selama 10 s/d 15 menit agar tanak. Angkat, lalu lapiskan tipis-tipis pada daun pisang yang sudah disiapkan. Jemur di bawah sinar matahari hingga 5 s/d 6 jam. Jika sudah nampak kering, pisahkan lapisan mie ganyong dari daun pisang. Diamkan lembaran mie ganyong tersebut selama 10 hingga 15 jam. Iris lembaran mie ganyong tersebut hingga membentuk mie. Jemur di bawah sinar matahari hingga kering. Ikat dengan tali, atau langsung dapat dikemas.

(Sumber gambar: http://default.tabloidnova.com

Baca selanjutnya »»

Rabu, 11 Januari 2012

FLASHBACK KOPERASI DAN UMKM DI TAHUN 2011 : SOLUSI UNTUK MASALAH TENAGA KERJA

Entah disadari atau tidak, sektor koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menjadi sandaran perekonomian sebagian besar masyarakat Indonesia. Mayoritas tenaga kerja di Indonesia juga diserap atau menggantungkan hidupnya di sektor ini.


Meski pemerintah seakan memandang sebelah mata atau tergolong minim dalam memberikan dukungan, namun sektor koperasi dan UMKM terus tumbuh. Bahkan sebelumnya, sektor ini terbukti mampu terus bertahan meski menghadapi dampak badai krisis moneter pada 1998 dan akhir 2008 lalu. Dengan kata lain, sebenarnya sektor koperasi dan UMKM sudah bisa mandiri. Dalam hal ini, dengan minimnya dukungan sektor ini masih bisa bertahan bahkan semakin menggeliat.

Berdasarkan suatu analisis, sektor operasi dan UMKM yang sebagian besar bergerak di usaha informal ini diperkirakan akan tetap menjadi andalan untuk menyerap banyak tenaga kerja. Artinya, dengan sumber daya apa adanya serta kemampuan kreativitas serta inovasi yang terbatas, koperasi dan UMKM tetap bisa menampung jutaan, bahkan puluhan juta angkatan kerja baru pada 2012 dan tahun-tahun berikutnya.

Sektor ini juga termasuk tidak diskriminatif terhadap latar belakang tenaga kerja. Mau lulusan pendidikan rendah atau tinggi serta laki-laki atau perempuan maupun tua atau muda, semua bisa berkecimpung di sektor koperasi dan UMKM.

Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2011 mencapai 117,4 juta orang, tetapi yang berkerja baru mencapai 109,7 juta orang. Namun, hingga saat ini, tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah masih mendominasi. Jumlah pekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah sekitar 54,2 juta orang atau 49,40 persen. Sedangkan pekerja dengan pendidikan diploma tercatat sekitar 3,2 juta orang (2,89 persen) dan pekerja dengan pendidikan sarjana hanya sebesar 5,6 juta orang (5,15 persen).

Akibatnya, sebagian besar penduduk Indonesia hanya mampu bekerja di level bawah yang tidak memerlukan keahlian khusus, seperti di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan, serta menjadi buruh dan usaha sektor jasa. Sektor-sektor ini termasuk juga bergerak di koperasi dan UMKM.

Kesempatan kerja pada 2011-2012 juga diperkirakan masih didominasi oleh sektor informal (koperasi dan UKM) dengan proporsi sebesar 66,74 persen pada 2011 dan sebesar 66,58 persen pada 2012. Sedangkan kesempatan kerja pada sektor formal diperkirakan masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, sehingga proporsinya pada 2011 hanya sebesar 33,26 persen dan sebesar 33,42 persen pada 2112.

Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan mengatakan, jumlah koperasi mengalami peningkatan sebanyak 5,7 persen dari 177.482 unit pada 2010 menjadi 187.598 unit pada 2011. Jumlah anggota koperasi aktif juga meningkat 0,96 persen dari 30,5 juta orang pada 2010 menjadi 30,8 juta orang pada 2011. Perkembangan ini berdampak positif bagi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 4,99 persen dari 358.768 tenaga kerja pada 2010 jadi 376.680 tenaga kerja pada 2011. Sementara itu, jumlah UMKM pada 2011 diperkirakan menembus angka 55,21 juta unit dengan sebagian besar (54,6 juta) merupakan usaha mikro, sedangkan usaha kecil sebanyak 602.195 unit dan usaha menengah 44.280 unit. Penyerapan tenaga kerja UMKM sebanyak 101,72 juta orang atau meningkat 3,55 dibanding 2010 sebanyak 99,401 juta orang.

“Hal ini menunjukkan sektor koperasi dan UMKM tetap menjadi kontributor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Ratusan juta masyarakat Indonesia terlibat di sektor ini. Untuk itu, pemberdayaan sektor koperasi dan UMKM tetap menjadi prioritas kami ke depan,” kata Sjarifuddin Hasan di Jakarta, kemarin.

Unggulan dan Prioritas

Menurut Sjarifuddin, sesuai rencana strategis Kementerian Koperasi dan UKM 2011-2014, maka pemberdayaan diarahkan pada peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM (K-UMKM). Hal ini disertai dengan peningkatan akses pada sumber daya produktif, pengembangan produk dan pemasaran, serta peningkatan daya saing K-UMKM.

Untuk mendukung upaya pemberdayaan K-UMKM, Kementerian Koperasi dan UKM melaksanakan program-program unggulan, seperti penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). Pada 2011 ini, realisasi penyaluran KUR diperkirakan mencapai Rp 27 triliun dengan 1,8 juta debitur atau melebihi target sebesar Rp 20 triliun, sehingga secara akumulatif realisasi penyaluran KUR dari sejak 2008-2011 sebesar Rp 60,97 triliun kepada 5,6 juta debitur.

Pada 2012, penyaluran KUR pada 2012 ditargetkan dapat mencapai Rp 30 triliun dengan jangkauan debitur yang lebih luas ke seluruh Indonesia. Peningkatan nilai dan cakupan debitur KUR ini diiringi dengan penambahan bank penyalur. Selain bank-bank BUMN serta 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang selama ini sudah menyalurkan KUR, pada 2012 juga akan bertambah 13 BPD lagi.

Di lain pihak, di samping membina K-UMKM yang ada, Kementerian Koperasi dan UKM juga berupaya menciptakan wirausahawan baru yang tentunya akan menambah jumlah pelaku UMKM. Mengacu pada Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dilaksanakan program pelatihan nasional kewirausahaan (PNK) yang diikuti sebanyak 2.094 orang. Selain itu, program magang nasional bagi pemuda yang sudah diikuti sebanyak 250 orang pada 38 perusahaan di Jabodetabek.

Masih dalam upaya pemberdayaan UMKM, Kementerian Koperasi dan UKM juga terus mendorong pembentukan one village one product (OVOP). Pada 2011, diluncurkan delapan produk unggulan daerah, di antaranya jeruk kalamansi di Bengkulu, batik tulis di Pacitan (Jawa Timur), nanas di Kota Prabumulih (Sumatera Selatan) serta bordir di Kota Tasikmalaya (Jawa Barat) dan kopi organik di Kabupaten Tanggamus (Lampung).

“Program revitalisasi pasar tradisional, pedagang kaki lima (PKL), serta toko koperasi yang tergolong UMKM juga terus dilakukan,” tutur Sjarifuddin Hasan.

Pada 2011 telah dilakukan revitalisasi pasar tradisional sebanyak 36 unit yang tersebar di 28 provinsi (36 kabupaten/kota). Selain itu juga dilakukan penataan kawasan PKL melalui bantuan sosial sebesar Rp 10,5 miliar ke 31 koperasi di 31 kabupaten/kota (25 provinsi) dengan melibatkan sebanyak 1.474 PKL. Penataan toko koperasi modern (UKM Mart) dalam rangka meningkatkan daya saing juga dilaksanakan dengan memberikan bantuan untuk 48 koperasi di 22 provinsi dengan nilai Rp 5,124 miliar.

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan progra-program pemberdayaan K-UMKM, Kementerian Koperasi dan UMKM juga bekerja sama dengan kementerian terkait lainnya serta sejumlah BUMN. Kerja sama itu terkait pembiayaan serta pelatihan kerja, produktivitas, maupun manajemen pemasaran. Kerja sama dilakukan terkait dengan kesamaan visi untuk memberdayakan dan peningkatan kinerja K-UMKM.

Upaya pemberdayaan sektor K-UMKM juga terkait dengan promosi dan pengembangan pasar produk. Kementerian Koperasi dan UKM sudah memfasilitasi pameran dan temu bisnis internasional dengan melibatkan 146 K-UMKM pada 14 ajang pameran internasional di 11 negara.

Selain itu juga ada pameran berskala internasional di dalam negeri, seperti International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA), Trade Expo Indonesia (TEI), ASEAN Women Cooperatives and SMEs Expo 2011 serta World Batik Summit 2011, termasuk SMEsCo UKM Festival 2011 di SME Tower (Jakarta).

Tumbuh dan Berkembang

Di lain pihak, pembinaan khusus untuk koperasi yang termasuk UMKM ini, menurut Sjarifuddin Hasan, juga terus dilakukan. Program ini arahkan untuk mendorong koperasi tumbuh menjadi badan usaha skala besar yang tercermin dari peningkatan aset, omzet, dan anggota. Peningkatan skala ini menunjukkan kemampuan dan profesionalisme koperasi sebagai badan usaha, sekaligus menjadi contoh dan penghela bagi koperasi lain.

Saat ini sudah teridentifikasi 98 koperasi dari 33 provinsi. Ini termasuk revitalisasi usaha koperasi unit desa (KUD). Selain itu juga dilaksanakan program Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (Gemaskop). Program ini dalam rangka memasyarakatkan serta membudayakan koperasi ke masyarakat.

Terkait dengan hal ini, ekonom UGM Revrisond Baswir mengatakan, meski disebut sebagai soko guru perekonomian Indonesia, peran koperasi dalam perekonomian nasional harus terus ditingkatkan. Saat ini harus dijadikan momentum untuk merevitalisasi peran koperasi sekaligus mendongrak kinerjanya.

Karena itu, harus ada pelurusan citra atau yang lebih dikenal sebagai tindakan revitalisasi terhadap koperasi. Jika langkah ini tidak secepatnya dilakukan, maka koperasi bisa hilang dari Indonesia.

“Kalau dulu koperasi menjadi soko guru ekonomi, sekarang juga menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia. UUD 1945 Pasal 33 ayat 1, 2, dan 3 yang menjelaskan tentang Perkoperasian,” ucapnya.

Untuk itu, anggaran untuk Kementerian Koperasi dan UKM selaku pembina koperasi justru harus ditingkatkan. Kementerian ini memiliki peran strategis untuk mengembangkan ekonomi berbasis koperasi. Masalah yang dihadapi koperasi berupa permodalan, manajemen, dan kapasitas SDM yang harus diatasi dengan solusi yang komprehensif. Namun, bukan hanya terkait modal, melainkan juga membangun keterkaitan usaha antara koperasi dan sektor usaha lainnya, termasuk perusahaan besar.

Permasalahan yang dihadapi koperasi ini menjadi salah satu tanggung jawab Kementerian Koperasi dan UKM untuk menyelesaikannya. Apalagi, sumbangsih koperasi, termasuk UMKM, terhadap perekonomian nasional sudah jelas. K-UMKM tidak hanya menjadi penghela, tetapi juga penyelamat ekonomi nasional pada saat diterpa dampak krisis. Terus eksis dan terus menyerap tenaga kerja serta memberi makan ratusan juta penduduk Indonesia.
Sumber: http://indocashregister.com

Baca selanjutnya »»

52 Juta UMK di Indonesia, 60% Dijalankan Perempuan

Jakarta - Sebanyak 52 juta Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ada di Indonesia dan memberikan sumbangan yang tidak kecil pada perekonomian. Menariknya, lebih dari setengah UMK tersebut ternyata dijalankan oleh kaum perempuan.

Hal tersebut disampaikan Calon Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Ronald Waas dalam uji kepatutan dan kelayakan Deputi Gubernur BI oleh Komisi XI DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (5/12/2011).

"Dari 52 juta UMK, 60% diantaranya melibatkan pekerja kaum perempuan. Melihat angka ini maka peran perempuan dalam UMK menjadi cukup besar," ungkap Ronald.

Untuk itu, Ronald mengaku akan mengangkat peranan perempuan yang lebih besar untuk dibiayai bank disegmen UMK. Menurut Ronald, segmentasi pada perempuan harus dianggap penting karena dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

"Serta mampu menciptakan lapangan kerja, serta pada ujungnya mengatasi masalah kemiskinan dan memberikan ketahanan ekonomi," jelas Ronald.

Ronald mengatakan bank sentral akan lebih fokus di UMK dengan memberikan aturan-aturan baru yang memberikan kemudahan bank dalam menyalurkan kredit ke UMK.

"Melalui sekuritisasi. Dimana penjualan surat berharga ke perbankan seperti bank umum dan terutamanya BPR, sehingga termin waktu pembayaran bisa lebih cepat," tuturnya.

Ronald juga akan fokus untuk menurunkan bunga kredit perbankan. Dikatakan Ronald, akses UMK ke perbankan cukup rendah dikarenakan ketakutan akan suku bunga yang tinggi.

"52 juta pelaku UMK menyumbang 60% PDB dan mempekerjakan 97% tenaga kerja. Tetapi akses ke lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku. Suku bunga rendah dan akses mudah ke bank harus diwujudkan agar UMK terus berkembang," pungkasnya

Sumber: detikFinance

Baca selanjutnya »»